Pencarian

Sejarah I Asas I Pengurus I Lembaga I UU/PP

Selamat Datang di Blog Yayasan Al Huda


Permohonan Bantuan Dana

Akibat gempa (Tasikmalaya) yang terjadi beberapa bulan yang lalu mengakibatkan ambruknya Madrasah Diniyah yayasan Al huda, Kami panitia pembangunan Madrasah Diniyah mengajak para dermawan untuk ikut berpartisipasi membangun kembali Madrasah tersebut sehingga bisa di fungsikan seperti sedia kala.
Selengkapnya baca disini

22 Juli, 2009

Pengaruh keluarga teradap minat belajar anak


Dengan semakin majunya ilmu pemgetahuan dan teknologi semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap dunia pendidikan.
Maraknya tayangan-tayangan televisi swasta akhir-ahir ini membuat kita terpanggil untuk dapat mencermati setiap program yang ditayangkan. Apalagi jika kita mengingat terhadap pengaruh kejiwaan anak, terutama pada usia sekolah. Tentunya anak sesuai dengan usianya, ia sering meniru terhadap apa yang dilihatnya tanpa berfikir dampaknya. Kita tidak menafikan bahwa televisi banyak manfaatnya, disamping sebagai sarana hiburan juga dapat dijadikan sebagai sarana informasi dan ilmu pengetahuan. Namun tentunya kita harus dapat menghitung sejauhmana televisi dapat memberikan motivasi terhadap minat belajar anak, apakah banyak manfaatnya atau malah justru sebaliknya. Dalam kaitannya dengan pengaruh keluarga terhadap minat belajar anak, tentunya para orang tua harus betul-betul memahami dan hati-hati terhadap program apa yang sesuai dengan perkembangan jiwa anak.

Disinilah tugas orang tua harus bijaksana, orang tua harus dapat memilih program dan waktu yang tepat agar anak dapat menikmati tayangan televisi yang tidak mengganggu terhadap waktu belajar sekaligus perkembangan jiwa anak.
Seberapa jauh keluarga dapat mempengaruhi minat belajar anak? Tentunya ada berbagai faktor, antara lain:

Faktor Psychis (psikis)

Secara kejiwaan, anak berprilaku suka mencoba dan meniru. Anak selalu ingin mencoba apa yang dilihat tanpa berfikir dampaknya. Apalagi jika yang dilihat dianggap sangat menarik.

Anak belum dapt membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, justru yang dihahatirkan jika yang ditiru itu dapat merugikan terhadap dirinya, ini sangat berbahaya, sebagaimana kasus SMACK DOWN yang terjadi akhir2 ini.
Jika kita melihat pada kasus itu tentunya sangat memprihatinkan. Hal ini terjadi karena anak merasa bangga jika ia dapat meniru gerakan yang ditayangkan televisi ini. Ia merasa gagah jika ia mampu mengalahkan teman-temannya.
Kejadian ini tidak akan terjadi apabila orangtua dapat menjelaskan dengan baik tentang program tersebut, tentunya program ini sebaiknya tidak ditonton oleh usia anak apalahi menirunya.

Apabila kita melihat fakta, bahwa program tayangan televisi yang ada saat ini justru lebih banyak menayangkan program-program yang cocok hanya dikonsumsi oleh orang dewasa, justru yang cocok ditonton oleh ana-anak hanya 10% saja.
Program televisi yang dikemas dengan begitu menarik, justru dapat membius anak untuk dapat menontonnya, sehingga anak lupa akan waktu belajarnya. Waktu belajar anak tersita untuk menonton tayangan televisi. Pihak orang tua lah yang harus bijaksana, kapan anak bisa menonton dan kapan waktu belajar. Disamping itu contoh-contoh orangtua, didalam lingkungan keluarga terus dipantau dan dicontoh oleh anak. Dengan kurangnya perhatian orang tua terhadap anak, maka motivasi anak sangat tergannggu. Terutama belajar, bahkan lebih senang nonton TV daripada belajar. Apalagi tayangan televisi saat ini terkesan tidak memberikan kesan yang positif bahkan kurang mendidik bagi usia anak.

Yang menjadi pertanyaan sejauhmanakah peran orang tua terhadap perkembangan jiwa anak, ini yang sering dikesampingkan oleh orang tua. Apalgi orang tua yang sibuk dengan profesinya masing-masing, tentu anak terabaikan. Sulit dibayangkan jika anak dibiarkan berkembang sendiri tanpa bimbingan orang tua, anak akan bebas memilih setiap perilaku yang dilihat. Jika ini dibiarkan tidak menutup kemungkinan belajar anak akan tertinggal justru yang terjadi anak akan berprilaku tidak wajar, meniru kekerasan, pornografi dan sebagainya.

Faktor Paedagogis

Belajar adalah kegiatan yang berproses, (Muhibbin syah, Med.1999) dan merupakan unsur yang sangat fondamentaldalam menyelenggarakan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada proses belajar anak yang dialami di sekolah, lingkungan maupun keluarga.

Dalam dunia pendidikan saat ini, belajar dikatakan berhasil apabila ketuntasan belajar telah tercapai sehingga anak telah mampu menguasai terhadap indikator yang telah ditentukan oleh kurikulum.
Berhubungan dengan proses belajar mengajar, belajar tidak cukup membaca, menulis, atau mendengarkan saja, tetapi harus ditunjang oleh metode, sarana dan media yang tepat agar proses belajar dapat menghasilkan suatu perubahan, baik kognitif, afektif maupun psikomotor. Disampin itu tidak kalah pentingnya dorongan dan bimbingan dari lingkungan keluarga sangat diperlukan. Didalam dunia pendidikan keluarga dapat dijadikan sebagai sarana sumber belajar, bahkan dapat dijadikan sebagai sarana untuk memberikan motivasi dan minat belajar anak. Tentunya hal ini tidak semudah membalikan telapak tangan. Keluarga yang baik, harmonis dan tentram sangat membantu terhadap perkembangan jiwa anak terutama terhadap minat belajar anak itu sendiri. Keluarga harus memberikan ruang gerak yang luas terhadap anak didalam pendidikan anak sehinga anak akan mempunyai motivasi unruk belajar dan mampu mengembangkan kreatifitasnya sendiri tanpa ada tekanan dari siapapun. Jika hal ini dlakukan, maka keluarga dapat memberikan arti bagi motivasi belajar sekaligus dapat memberikan nilai tambah bagi pengetahuan anak.

Namun berdasarkan fakta selama ini keluarga terkadang kurang responsif terhadap pendidikan anak, karena banyak kegiatan yang dilakukan oleh orang tua sendiri mengakibatkan anak akan terlupakan. Inilah yang terjadi selama ini, orang tua sibuk dengan mengurusi ekonomi tanpa memikirkan masa depan putra putrinya. Apalagi jika orang tua acuh tak acuh terhadap pendidikan anak-anaknya, bahkan terkadang biaya pendidikanpun kurang diperhatikan akibatnya anak merasa minder untuk belajar. Inilah justru dapat meracuni terhadap minat belajar anak. Anak akan lebih suka mencari pelampiasan dengan meniru setiap prilaku yang mestinya tidak layak dilakukan oleh anak.

Bagaimana agar keluarga dapat memberikan motivasi terhadap minat belajar anak. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:
1. Keluarga harus aktif memperhatikan terhadap perkembangan jiwa anak. Sebagaimana kita tahu bahwa anak suka meniru, ini bisa dilakukan melalui cerita-cerita kepahlawanan, tokoh agama atau tokoh yang lain yang mengajarkan tentang disiplin, estetika maupun moral.
2. Waktu pertemuan keluarga harus diperhitungkan, jangan membiarkan anak tanpa ada pertemuan keluarga, waktu belajar, tentu anak akan jauh dengan keluarga.
3. Ketika anak melihat TV sebaiknya anak didampingi oleh orang tua atau mereka yang lebih dewasa. Hal ini dimaksudkan agar anak lebih terbimbing terhadap isi dari tayangan tersebut.
Kebijakan orang tua untuk menjelaskan setiap program yang ditonton akan memperkecil kemungkinan penafsiran yang keliru. Jangan dibiarkan anak menonton sendiri sehinnga akan menafsirkan isi program yang salah dan keliru. Anak itu seperti tanaman sedangkan orang tua, guru, dan masyarakat sebagi pengelolanya. Sejauhmanakah tanaman itu bisa tumbuh dengan baik, dapat berbunga dan berbuah yang banyak tentunya tergantung pada pemeliharaannya. Jika tanaman itu dipelihara dengan baik, disiram, dipupuk, tentu akan menghasilkan buah yang baik pula. Pengelola tiodak perlu menarik-narik supaya pohon tinggi, membeber-beber daun supaya lebat, kalau memang anak punya potensi, maka dengan sendirinya akan dicapainya sendiri, asalkan diciptakan kondisi dan perlakuan yang baik dari pengelola.

Dari penjelasan diatas dapat dimpulkan bahwa keluarga dapat dijadikan sumber belajar yang baik dan menarik serta fleksibel. Lingkungan keluarga yang harmonis berdampak positif bagi perkembangan jiwa anak. Kuragnya bimbingan orang tua dapat mengakibatkan penyimpangan prilaku bagi anak. Untuk membangkitkan belajar anak tentu membutuhkan bimbingan dan perhatian dari semua pihak, baik pihak orang tua (keluarga), sekolah dan masyarakat.

Penulis: Sukirman Zein, SPd.I
Wakasek MTs Al Huda Sukajadi Pamarican Ciamis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar